Minggu, 15 April 2012

Prinsip Rasionalitas Dalam Organisasi

Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia, Jerman, sekarang menjadi bagian dari Prussia. Weber menyelesaikan pendidikan Doktornya pada tahun 1889. Pada tahun 1894 Weber menjadi professor dibidang ekonomi politik di Universitas Freiburg-im-Breisgau. Max Weber adalah seorang intelektual dari Jerman yang pemikiran-pemikirannya mempunyai dampak besar dalam bidang manajemen dan sosiologi organisasi.Pemikiran Weber terbentuk sebagai reaksi atas organisasi-organisasi pada waktu itu yang dianggapnya kurang sehat.

Perhatian utama Weber pada saat itu adalah Pemerintahan Jerman. Weber melihat bahwa orang-orang yang menduduki jabatan pada saat itu terutama disebabkan karena status khusus mereka di dalam masyarakat Jerman, bukan karena kemampuan mereka di bidang pekerjaan. Oleh sebab itu, menurut Weber, organisasi tidak pernah mencapai kinerja sesuai dengan potensi yang seharusnya. Sebuah organisasi dengan bentuk baru akan mampu mengatasi permasalahan tersebut.

Max Weber mengembangkan sebuah teori mengenai manajemen birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang dengan jelas. Menurut Weber, organisasi ideal pastilah sebuah birokrasi yang aktivitas dan tujuan dipikirkan secara rasional dan pembagian tugas dari para karyawannya dinyatakan dengan jelas. Weber juga percaya bahwa kompetensi teknik harus ditekankan dan bahwa evaluasi prestasi kerja harus berdasarkan pada keunggulan.

Seperti ahli teori manajemen ilmiah , Weber mencari jalan untuk memperbaiki prestasi kerja organisasi yang penting secara sosial dengan membuat operasi mereka dapat diduga dan produktif. Walaupun kita sekarang mengahrgai inovasi dan fleksibilitas seperti halnya efisiensi dan keadaan yang dapat diduga, manajemen birokrasi model Weber jelas memajukan formasi perusahaan besar seperti Ford. Birokrasi dilihat oleh Weber sebagai pola hubungan tertentu yang menjanjikan.
Max Weber berfikir tentang konsep birokrasi (Bereaucracy) yaitu sebuah organisasi yang ideal, dengan tujuan yang rasional, serta sangat efisien yang didasarkan atas prinsip-prinsip yang masuk akal, teratur serta wewenang formal.

Weber mengeidentifikasi tiga tipe legitimate authority sebagai berikut:
1. Rational.
2. Traditional.
3. Charismatic.

Beberapa karakteristik khas dari konsep birokrasi Weber adalah:
1. Pembagian tugas yang jelas
Pekerjaan ditentukan secara jelas, karyawan menjadi sangat terampil dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.

2. Hirarki wewenang yang jelas.
Untuk masing-masing posisi wewenang dan tanggung jawab ditentukan secara jelas, setiap posisi melaporkan pada posisi lain yang lebih tinggi.

3. Aturan dan prosedur formal.
Petunjuk tertulis yang mengatur setiap perilaku san keputusan, berkas-berkas tertulis disimpan sebagai catatan historis.

4. Impersonal.
Aturan dan prosedur ditetapkan secara menyeluruh, tidak ada satupun yang mendapatkan perlakuan khusus.

5. Jenjang karier didasarkan atas kualitas.
Karyawan dipilih dan dipromosikan berdasarkan kemampuan dan kinerja, manajer seharusnya karyawan yang profesional.

Max Weber berpendapat bahwa dengan birokrasi organisasi akan berjalan dengan baik. Organisasi akan mendapatkan manfaat dari efisiensi pemanfaatan sumber daya serta keadilan dalam memperlakukan karyawan maupun kliennya.

Menurutnya:
“Bentuk asli dari organisasi administrative…Adalah dari sudut pandang teknis, yang mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi… Bentuk tersebut mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain dalam hal ketepatan, stabilitas, penerapan disiplin dan dalam hal keandalan. Sehingga bagi pemimpin organisasi serta mereka yang melakukan sesuatu bagi organisasi tersebut, bentuk organisasi inimmenungkinkan terciptanya suatu hasil yang sangat tinggi. Dan akhirnya, bentuk ini lebih unggul baik dalam hal efisiensi dan cakupan operasinya serta secara formal dapat diterapkan pada semua tugas-tugas administrative”.

Weber percaya bahwa sebuah organisasi yang didasarkan atas wewenang rasional akan lebih efisien dan dapat beradaptasi dengan perubahan, karena kelangsungan lebih berhubungan dengan struktur dan posisi formal daripada seseorang tertentu, yang mungkin akan pergi atau mati.
Bagi Weber, rasionalitas dalam organisasi berarti seleksi karyawan dan promosi didasarkan pada kemampuan, dan bukan “siapa yang Anda kenal”. Organisasi bergantung pada peraturan dan catatan-catatan tertulis untuk kelangsungan hidupnya. Manajer bergantung bukan pada kepribadiannya untuk memberikan perintah dengan sukses, namun pada kekuasaaan legal yang ditanam dalam posisi manajerial.

Zaman Sudah Berbeda Rasionalitas dan efisiensi adalah dua hal yang sangat ditekankan oleh Weber. Rasionalitas harus melekat dalam tindakan birokratik, dan bertujuan ingin menghasilkan efisiensi yang tinggi. Menurut Miftah Thoha (2003:19), kaitan keduanya bisa dilacak dari kondisi sosial budaya ketika Weber masih hidup dan mengembangkan pemikirannya. Kata
kunci dalam rasionalisasi birokrasi ialah menciptakan efisiensi dan produktifitas yang tinggi tidak hanya melalui rasio yang seimbang antara volume pekerjaan dengan jumlah pegawai yang profesional tetapi juga melalui pengunaan anggaran, pengunaan sarana, pengawasan, dan pelayanan kepada masyarakat.
Kalau ditelisik, konsep rasionalitas dan efisiensi yang membingkai dalam ramuan birokrasi adalah susunan hirarki, di mana ukurannya tergantung kebutuhan pada masing-masing zaman. Zaman kita sangat berbeda dengan zaman yang tengah terjadi pada saat Weber masih hidup.Hal yang sangat menarik adalah kritik yang disampaikan Warren Bennis melalui tulisannya “Organizational Developments and the Fate of Bureucracy” dalam Industrial Management Review 7 (1966). Bennis mencoba melakukan prediksi masa depan tentang berbagai macam perubahan yang pada gilirannya akan mempengerahui eksistensi birokrasi. Menurut Bennis, birokrasi merupakan penemuan sosial yang sangat elegan, suatu bentuk kemampuan yang luar biasa untuk mengorganisasikan, mengkoordinasikan proses-proses kegiatan yang produktif pada masa Revolusi Industri.Birokrasi dikembangkan untuk menjawab berbagai persoalan yang hangat pada waktu itu, misalnya persoalan pengurangan peran-peran persobal, persoalan subyektivitas yang keterlaluan, dan tidak dihargainya hubungan kerja kemanusiaan.



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management