Selasa, 20 Maret 2012

Krisis Air Bersih

Kalian pernah kepikiran ngga sih kalau seandainya kita bener-bener ngga bisa dapetin air ? Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup termasuk manusia. Air juga sangat diperlukan oleh kegiatan komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perikanan dan usaha perkotaan lainnya. Kota, menurut definisi universal, adalah sebuah area (urban) yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Air khususnya di daerah perkotaan sekarang sudah merupakan komoditi yang “langka” dan relatif mahal. Sering denger kan kalau di negara kita ini krisis air makin banyak? Dalam acara Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025. Penyebabnya antara lain kelemahan dalam pengelolaan air, seperti pemakaian air yang tidak efisien. Di Indonesia sendiri ,Krisis air di Pulau Jawa makin mengkhawatirkan. Krisis air ini semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, degradasi lingkungan dan menurunnya ketersediaan air. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian secara khusus dan perlu dilakukan upaya penanganan segera dalam jangka pendek. Di Bengkulu beberapa kecamatan juga mengalami kekeringan. Warga saat ini mengonsumsi air setengah asin, sehingga dikhawatirkan kesehatan masyarakat terganggu. Kekeringan juga melanda beberapa kecamatan di Riau, Lampung dan Sumatera Selatan. Kalimantan yang selama ini nyaris tidak pernah mengalami kekeringan, tahun ini menderita kemarau panjang yang cukup parah. Enam puluh persen sungai di Indonesia tercemar, mulai bahan organik, bahan kimia, sampai bakteri coliform dan Fecal coli penyebab diare. Jakarta dialiri 13 sungai, sayangnya menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup DKI Jakarta 13 sungai di Jakarta itu sudah tercemar bakteri Escherichia coli, bakteri dari sampah organik dan tinja manusia. Sungai Ciliwung termasuk yang paling besar tercemar bakteri E. coli, kadar pencemaran mencapai 1,6 - 3 juta individu per 100 cc, padahal standar baku mutunya 2.000 individu per 100 cc. Dari situ ada 20-30 jenis penyakit yang bisa timbul akibat mikroorganisme di dalam air yang tidak bersih. Bakteri yang sama juga mencemari 70 persen tanah di Jakarta yang juga berpotensi mencemari sumber air tanah. Penduduk miskin perkotaan yang paling rentan dan menderita. Mereka tak memiliki pilihan kecuali membeli air dari pedagang tidak resmi dengan harga 20-100 persen lebih tinggi daripada tetangga mereka yang kaya, karena mereka tidak bisa mengakses air bersih. Sebagai gambaran, warga miskin di Jakarta membeli air bersih Rp 1.000-Rp 1.500 per jeriken isi 20 liter. Itu berarti Rp 50.000-Rp 75.000 per meter kubik. Padahal, harga air PDAM hanya Rp 5.000-Rp 6.000 per meter kubik. Hmm,, Indonesia itu merupakan negara yang kaya akan sumber-sumber air. Indonesia memiliki 6% persediaan air dunia atau sekitar 21% dari persediaan air di Asia Pasifik, namun pada kenyataannya dari tahun ke tahun Indonesia mengalami krisis air bersih. Potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15¨C35% per kapita per tahun. Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara drastis mengikuti laju pertumbuhan penduduk. Sebenarnya berapa banyak air yang bisa dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia? Meskipun 70,8% komposisi permukaan planet bumi diliputi air, namun tidak keseluruhan air tersebut dapat dikonsumsi manusia. Dari seluruh air yang terdapat di muka bumi, 97,5 persen di antaranya merupakan air asin yang terdapat di lautan, dan hanya 2,5 persen saja yang berupa air tawar. Dari jumlah 2,5 persen air tawar tersebut ternyata paling banyak masih berupa glasier (gletser; bongkahan es) di kutub utara dan selatan bumi yakni sebesar 68,7 %. Kandungan air tawar terbesar kedua tersimpan di dalam tanah dalam bentuk air tanah (groundwater) sebesar 30,1% dan sebanyak 0,8% tersimpan dalam bentuk tanah beku (permafrost). Hanya 0,4 % terdapat di permukaan tanah yang mengalir melalui sungai dan danau air tawar, serta di atmosfir bumi sebagai air hujan. Tapi 0,4 % air tawar inilah yang sering diperebutkan dan dikonsumsi oleh lebih 7 milyar penduduk bumi (www.unep.org). Masyarakat Jepang menggunakan kombinasi air permukaan dan airtanah untuk memenuhi kebutuhan air minum di daerah perkotaannya. Upaya ini sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah kota. Hal yang menarik, untuk penggunaan air baku bagi industri di perkotaan, pemerintah Jepang menyediakan air yang hanya berasal dari air sungai atau air buangan yang didaur ulang (recycle water). Penggunaan airtanah untuk industri sangatlah dihindari. Pemerintah Jepang berupaya untuk terus meningkatkan penggunaan air daur ulang untuk kebutuhan indsutri . Nahh lohh.. sekarang kita emang bisa puas-puasin pakai air bersih . Tapi tahun-tahun mendatang? Sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita berupaya agar menghemat air sejak dini. Selain itu, kita harus mengubah paradigma lama yang menganggap air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas, menjadi air merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga kita semua harus lebih berhati-hati dalam memanfaatkannya dan bijak dalam pengelolaan ketersediaannya. Ketiga, sebisa mungkin melakukan kebiasaan penghematan air, ketika air banyak masyarakat diminta menabung air.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management